Selasa, 15 September 2009

" Bombana dpt Lailatur Qadr ".

Kendari, Liputankota - Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam mengatakan, ditemukannya lokasi tambang emas di Lembah Sungai Tahi Ite dan Wububangka, Kecamatan Rarowatu dan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, merupakan rahmat dan berkah "Lailatul Qadar" dari Allah SWT.

"Awalnya saya tidak percaya sama sekali bahwa ada berita tentang penemuan tambang emas di Kabupaten Bombana, tetapi setelah kami melihat langsung di lokasi ini, ternyata inilah yang mungkin dinamakan rahmat dari Allalah. Apalagi di suasana di bulan Suci Ramadhan saat ini," kata Gubernur Sultra, saat melakukan peninjauan di lokasi tambang rakyat di Sungai Tahi Ite, Bombana, sekitar 50 km dari Ibukota Bombana atau 230 Km dari Kota Kendari, Kamis (18/9).

Kedatagan gubernur di lokasi yang kini sudah menjadi "lautan manusia" itu menjadi titik perhatian para penambang rakyat yang datang, bukan hanya dari masyarkat Bombana dan Sultra, tetapi juga datang dari luar daerah seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan, dan bahkan ada yang datang dari Papua dan pulau Jawa.

Gubernur minta kepada masyarakat yang masih melakukan penambangan secara manual untuk tetap saja melakukan penambangan sebelum pemerintah mengeluarkan satu keputusan dan kebijakan terkait aktivitas penambangan yang dinilai sudah tak terkendali dengan jumlah ribuan masayarakat yang datang setiap hari di lokasi itu.

Ia mengatakan, Pemprov Sultra dalam waktu singkat akan membawa sampel lempengan emas seberat 117 gram yang diberikan oleh salah seorang Kepala Desa di Kecamatan Rarowatu ini.

"Emas lempengan ini, saya akan bawa ke Jakarta (19/9), untuk memperlihatkan sekaligus melaporkan kepada Bapak Presiden dan Wakil Presiden, bahwa di Kabupaten Bombana ternyata memang ada kandungan emas yang jumlah devositnya belum diketahui pasti," kata Nur Alam yang didampingi Bupati Bombana, Atikurrahman, di lokasi pertambangan rakyat itu.

Lautan manusia

Kompas.Com melansir.Pemantauan di lokasi pertambangan emas rakyat itu, masyarakat dari berbagai pelosok nusantara berdatangan ke lokasi tersebut untuk mendulang emas, hanya berbekal peralatan manual seperti wajan, cangkul, linggis dan sekopang. "Kalau dihitung-hitung secara kasat mata, jumlah pendulang emas tersebut mencapai sekitar 20.000 orang," kata Petugas Satpol PP Kabupaten Bombana, Suhardi Suhar yang ditemui secara terpisah.

Para pendulang, mendirikan tenda-tenda kemah sepanjang sungai yang diperkirakan lebih dari 15 km mulai dari hulu Sungai Tahi Ite di Kecamatan Rarowatu, Wabubungku Kecamatan Rarowatu Utara dan Desa Hukaeya Kecamtan Rumbia.

Para pedagang emas pun berdatangan dari kota dan langsung membeli hasil dari para penambang dengan harga bervariasi Rp170.000 per gram hingga ada yang membeli Rp 200.000 per gramnya.

Ny. Hawiah, salah seorag pedulang dari Kecamatan Raowatu mengatakan selama empat hari mendulang emas di air keruh, sudah mendapatkan emas 15 gram.

Bupati Bombana, Atikurahman, yang dihubungi terpisah mengatakan, hingga saat ini pemerintah daerah belum mengeluarkan aturan mengenai pengelolaan tambang emas tersebut, kecuali hanya melakukan pengawasan dan penertiban warga pendulang dengan memperlihatkan identitas yang jelas, yakni kartu tanda penduduk.

"Memang sudah ada semacan pungutan retribusi kepada setiap calon pendulang yang masuk dilokasi itu dengan nilai Rp 50.000 per orang untuk sekali selama mereka melakukan aktivitas mendulang," katanya.

Hingga berita ini diturunkan, jalan disepanjang lokasi masuk ke lokasi penambangan itu cukup ramai, bagaikan kota kecil karena tidak putusnya masyarakat lalu lalang dengan kendaraan roda dua dan empat ke lokasi itu.

Sumber : Kontan On-Line

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Entri Populer