Rabu, 26 Agustus 2009

Ladang Emas Bombana, Antara Rezeki dan Petaka


KabarIndonesia - Bukit-bukit tandus berjejer. Padang ilalang membentang sejauh mata memandang. Di kiri-kanan jalan berbatu terlihat aliran sungai yang keruh dengan kubangan bekas galian berukuran setengah meter. Tanah yang berada di bagian pinggir sungai Lankowaha kondisinya nyaris sama, bahkan dengan akar-akar pohon yang menyeruak akibat galian. Tapi tak ada yang perduli, ribuan orang sibuk tetap sibuk dengan aktivitas masing-masing. Mereka membentuk kelompok kelompok kecil, terdiri dari 7 hingga 10 orang. Tenda dengan berbagai warna berjejer tak teratur, seperti perkemahan pramuka; namun kini jadi tempat berteduh para pendulang emas yang datang dari seantero Indonesia, mewakili berbagai suku. Sepanjang jalan menuju lokasi penambangan, tampak bersileweran pejalan kaki. Ada pula yang memakai motor dan mobil. Peralatan yang mereka bawa pun relatif sama, seperti wajan, linggis, sekop, terpal serta peralatan memasak. Sejak ditemukannya tambang emas di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, Sungai Tahi Ite dan sungai Langkowaha serta Wumbu Bangka seolah menjadi surga baru bagi pemburu logam mulia itu. Dari tiga lokasi penemuan tambang emas itu, peredaran uang mencapai miliaran rupiah di Bombana. Hasil yang menggiurkan itu ternyata berimplikasi terhadap sejumlah hal. Ikan dan sayur misalnya, sulit dijumpai. “Sejak penemuan emas, kami lebih sering makan mi instan karena penjual sayur dan ikan memilih beralih profesi menjadi pendulang emas dadakan,” tutur Nurdaya, warga Desa Tembe sambil tersenyum. Beberapa pembangunan gedung pemerintah yang dalam tahap penyelesaian juga ditinggalkan pekerjanya. “Semua biaya kebutuhan hidup sangat mahal di daerah ini,” kata Rusdin, pendulang asal Sengkang, Sulawesi Selatan yang sudah tujuh bulan mendulang di lokasi ini. Di areal penambangan, harga beberapa kebutuhan pokok juga naik hingga dua kali lipat. “Harga rokok yang biasanya delapan ribu rupiah, di areal penambangan bisa sampai 16 ribu rupiah per bungkus. Begitu pun mi instan hingga mencapai harga 5 ribu rupiah.” Lain dari itu, Sumina, wanita asal Balikpapan, Kalimantan Timur terpaksa berhenti beberapa waktu karena mengalami penyakit kulit, seperti terserang kutu air dan gatal. “Air sungai di lokasi penambangan hanya sedikit dan kotor, padahal kami mesti berendam di air selama beberapa jam untuk memisahkan pasir dan kerikil dari butiran emas,” ujarnya. Bahkan, dilaporkan, sejak maraknya aktifitas penambangan emas di Bombana, jumlah pendulang emas yang meninggal telah mencapai 49 orang. Mereka ditemukan tertimpa longsoran tanah yang mereka gali sendiri. Rusdin mengisahkan, awal kedatangannya di lokasi tambang ini, sehari dia bisa mengumpulkan serpihan emas minimal satu gram. “Kini, menggali tiga haripun sulit mendapatkan segitu,” katanya. Semakin banyaknya pendulang dalam lokasi ini turut mempengaruhi hasil yang diperoleh tiap pendulang. Situasi ini memicu penggunaan mesin untuk menyedot bahan material tanah. Menurut data Dinas Pertambangan dan Energi kabupaten Bombana, sekitar 3000 buah mesin penyedot tengah beroperasi dalam dua lokasi pendulangan emas, di Tahi Ite dan Wumbubangka. Selain menyebabkan turunnya jumlah pendapatan pendulang tradisional, penggunaan mesin-mesin penyedot tanah mendorong komentar penggiat lingkungan, Iskandar, koordinator LSM Sagori mengatakan aktivitas pendulang yang menggunakan mesin untuk menyedot material tanah menyebabkan perubahan bentang alam secara cepat dan tak terkendali. Badan sungai Tahi Ite dan Langkowaha misalnya, kini tak lagi mudah dikenali. Pasokan air bersih terhenti. ”inilah efek domino dari pertambangan emas bombana yang semrawut,” kata Iskandar. Iskandar mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bombana bertanggungjawab penuh atas kerusakan lingkungan itu. ”Semua izin dulang dikeluarkan oleh Pemerintah,” ujarnya. Khawatir dengan efek negatif yang begitu cepat, Pemerintah Bombana mengambil langkah taktis: Menghentikan sementara semua aktivitas pertambangan emas di Bombana. ”Kami kewalahan mengaturnya,” kata Selamet Rigay, Asisten I Kabupten Bombana, yang juga merengkap sebagai Ketua Panitia Penertiban Pertambangan emas di Bombana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut

Entri Populer